Laman

Senin, 07 Maret 2011

Ketika Tidak Ada Lagi Tahun Depan

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiyaa :35)
Tiba-tiba saja saya teringat beberapa tahun lalu. Bulan nya mungkin juga tidak jauh berselang dengan bulan yang sedang kita jalani bersama saat ini, bulan Ramadhan, tahun nya mungkin satu, dua, atau tiga tahun yang lalu, entahlah.
Tahun dan bulan yang harus segera ditundukkan dengan menyelesaikan salah satu tugas perkuliahan : KKN.
KKN atau Kuliah Kerja Nyata, merupakan sebuah program dari kampus yang melibatkan para mahasiswa untuk terjun ke masyarakat. Membuat analisa masalah, membuat program. Semuanya ‘prosesi’ dilakukan dengan tetap memandang dan menulis detailnya pada selembar kertas besar nan lebar yang berisikan nama program, jam pelaksanaan, tenggang waktu pelaksanaan, dan sebagainya dan sebagainya.
Terasa mengikat memang, terasa memaksa mungkin.
Tapi semua harus tetap dijalani dan dilalui sebagai sebuah tuntutan untuk memberikan performa terbaik dalam tugas KKN tersebut. Karena eh karena ternyata kalau sudah tiba masanya ‘waktu hidup’ KKN usai dan kertas besar nan lebar sudah digulung, dan beratus mahasiswa mulai pulang ke Kampus lagi, pada saat itulah mereka akan ditanya tentang program apa saja yang sudah mereka lakukan selama rentang waktu yang diberikan selama beberapa bulan tersebut.
Senang, bersyukur, jikalau laporan KKN diterima dan mendapatkan nilai yang memuaskan dari pihak kampus. Sedih, menyesal jika ternyata program yang dilakukan belum memenuhi kualitas cukup untuk mendapatkan status lulus dalam mata kuliah KKN tersebut, walaupun jarang terjadi. Yang berarti laporan ditolak dan nilai yang diberikan pun jauh dari yang dinamakan memuskan.
Untuk beberapa teman yang menemui masalah ini, tahun depan adalah jawaban yang cukup baik dalam mengatasi permasalahan nilai yang tidak baik, laporan yang tidak diterima dan beraneka masalah lain yang membuat program KKN tidak sukses. Ya, karena masih ada tahun depan lagi.
Tiba-tiba juga saya mengibaratkan KKN ini dengan kehidupan kita ini.
Sebuah Perjalanan Yang Tidak Bisa Diulang
Di mana saat ini kita berjuang untuk memberikan performa terbaik dalam ‘program hidup’ kita, dengan memandang ‘kertas” amal kita yang ternyata masih sedikit di goreskan dengan tinta program pengabdian kepada sang Maha Segala. Kita berjuang detik per detik, jam per jam, hari per hari, tahun per tahun, yang berarti akan membawa kita kepada masa di mana kita akan mempertanggungjawabkan setiap ‘program hidup’ semasa hidup di dunia ini.
Sehingga ketika ajal sudah menjelma dan kertas besar nan lebar kita digulung dan kita akan kembali kepada Allah yang menguasai sepenuhnya hidup kita ini, dan pada saat itu kita akan ditanya tentang program apa saja yang sudah kita jalankan di dunia ini. Maka tentu setiap orang per orang akan menjawab sesuai dengan apa yang sudah mereka lakukan ketika mereka masih menginjakkan kaki di bumi ini.
Bersyukur yang luar biasa bersyukur jikalau apa yang sudah kita lakukan di dunia ini memang masuk kriteria baik dan ALLAH menerima apa program kita, namun menyesal yang sangat ketika ALLAH memutuskan bahwa program kita hidup ternyata tidak bisa diterima dalam arti penghambaan.
Jangan pernah berfikir untuk mengulanginya tahun depan, atau kesempatan yang lain. Karena tahun depan atau kesempatan lain sudah bukan menjadi bagian dari diri kita lagi.
“(QS 26:102) maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman”
Selamat berkarya kawan, selamat berjuang, berikan program hidup yang terbaik untuk menghadap Allah SWT. Ketika ajal datang, kuburan telah diratakan dan orang-orang sudah meninggalkan. Kita akan mendapatkan ujian pertama berupa pertanyaan-pertanyaan terhadap yang sudah “semua hal yang dilakukan” didunia.
Terwakili menjadi beberapa pertanyaan, yang pasti dijawab dan pasti tidak bisa bohong. Siapa Tuhanmu, Apa agamamu dan Siapa yang diutus kepadamu?? dan dari situlah akan terlihat tanda-tanda tempat akhir perjalanan hidup kita..Syurga atau Neraka!
Semoga bermanfaat.

Kasih Sayang vs Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Pergaulan yang terkecil dalam hubungan antar manusia adalah ada dalam satu keluarga. Seseorang dapat memulai merasakan kebahagiaan juga dari lingkup keluarga, atau pula seseorang dapat merasakan kegundahan juga diawali dari keluarga.
Allah SWT menyampaikan tentang pentingnya tujuan berkeluarga adalah agar ditemukan Ketenangan (sakinah) – Cinta (mawadah) dan Kasih sayang (rahmah). Berlabuhnya hati satu dengan yang lain diantara anggota keluarga akan menguatkan segala aktifitas kehidupan masing-masing indifidu keluarga tersebut.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Ruum[30]: 21)
Kuatnya ikatan diantara anggota keluarga bila seluruh anggota keluarga telah mengetahui tujuan dan arah hidup. Sehingga secara bersama akan mengarahkan dan memacunya sesuai dengan tujuan dan jalan yang benar.
Syarat terciptanya kebahagiaan dalam bahtera keluarga akan ditemukan bila seluruh anggota keluarga telah mengilmui, mengimanai dan mengamalkan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Sehingga majlis-majlis ilmu sangat dibutuhkan oleh segenap anggota keluarga.
Keretakan dan goncangan sebuah keluarga dapat dimulai dari penyimpangan salah satu dari anggota keluarga tersebut. Hal ini sering disebabkan karena telah tergelincir dengan bujukan syaitan atau disebabkan karena kebodohan dari pemahaman agama yang benar dan lurus.
Sifat-sifat dasar manusia yang demikian lemah dan rapuh mewajibkan setiap indifidu untuk mengingatkan diri masing-masing untuk selalu kembali kepada jalan Allah dan Rasulnya
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah[9]: 71)
Bahtera sebuah keluarga akan senantiasa tenang dan membahagiakan bila seluruh anggota keluarga telah berdisiplin diri dalam menta’ati segala nasehat dan petunjuk Allah dan Rasulnya. Dan demikian sebaliknya, keluarga akan menjadi berantakan bila ada diantara salah satu anggota keluarga yang telah terbujuk, tergelincir dan tersesat dalam kubangan bujukan syaitan dan hawanafsu.
Suasana puasa romadhon, adalah suasana yang sejuk dan kondusif bagi terciptanya kehidupan yang tenang dan bahagia dalam sebuah keluarga. Keluarga yang secara bersama-sama mengendalikan hawanafsu akan menjadi tempat yang sakinah – mawadah – wa rahmah bagi seluruh anggota keluarga.
Demikianlah fitrah kehidupan umat Islam, akan menjadi sejuk – tenang – bahagia dan penuh kasih sayang bila masing-masing anggota keluarga sudah menyadari pentingnya tunduk patuh kepada Allah. Pengendalian hawanafsu dan bisikan syaitan adalah sesuatu yang selalu berusaha merusakkan perdamaian dan kasih sayang diantara anggota keluarga.
alhasil untuk mencapai kebahagiaan yang berkwalitas, baik mutu dan waktu nya, dibutuhkan kesadaran ilmu yang kuat bagi segenap keluarga. Mengaji yang terus menerus akan meringankan beban keluarga dalam ber ‘amar ma’ruf dan ber-nahi mungkar. Memang kema’siyatan selalu ditampilkan dengan sangat indah oleh syaitan. Namun bila diikuti membuat kebahagiaan menjadi berkurang atau sirna.
Iblis berkata:”Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (QS. Al-Hijr[15]: 39)
keculi hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka”. (QS. Al-Hijr: 40)
Allah berfirman:”Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya). (QS. Al-Hijr: 41)
Semoga dapat menumbuhkan kesadaran, bahwa untuk mengisi waktu-waktu sepanjang hidup adalah menempuhnya penuh kesabaran.

Rusaknya Akhlaq Membawa Kehancuran Bangsa

Seorang cendekiawan muslim yang terkenal “Imam Asy-Syauki” mengatakan, mengatakan : “Sesungguhnya bangsa itu tergantung akhlaqnya, bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa itu”
وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Apabila akhlaqnya rusak, maka rusaklah bangsa itu”. Perlu kita cermati ucapan tersebut, serta kita perhatikan tanda-tanda rusaknya akhlaq berdasarkan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW dan Allah SWT, antara lain :
Pertama, Banyaknya kejahatan dan perbuatan jahat, serta merosotnya nilai keislaman pada bangsa itu. Rasulullah SAW bersabda,
اِنَّ اْلفَحْشَ وَ التَّفَحُّشَ لَيْسَا مِنَ اْلاِسْلاَمِ فِى شَيْءٍ وَ اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. الترمذى
“Sesungguhnya kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam, dan bahwasanya orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya.” [HR. Tirmidzi]
Kedua, suka berdebat.
Ujung-ujungnya hawa nafsu yang akan menguasai dirinya, sedangkan hawa nafsu itu akan mengarah kepada kejahatan.
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
” dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” [QS. Yusuf : 53].
Rasulullah SAW bersabda,
ذَرُوا اْلمِرَاءَ فَاِنَّ اَوَّلَ مَا نَهَانِى عَنْهُ رَبّى بَعْدَ عِبَادَةِ اْلاَوْثَانِ اْلمِرَاءُ. الطبرانى
“Jauhilah perdebatan, sebab larangan yang pertama kali disampaikan kepadaku oleh Tuhanku setelah menyembah berhala adalah perdebatan.” [HR. Thabrani]
Ketiga, penyakit dengki dan suka permusuhan serta hilangnya rasa kasih sayang.
Sabda Rosululloh SAW,
عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: دَبَّ اِلَيْكُمْ دَاءُ اْلاُمَمِ قَبْلَكُمْ. اَلْبَغْضَاءُ وَ اْلحَسَدُ، وَ اْلبَغْضَاءُ هِيَ اْلحَالِقَةُ، لَيْسَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَ لكِنْ حَالِقَةُ الدّيْنِ، وَ الَّذِىْ نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوْنَ اْلجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا، وَ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا. اَلاَ اُنَبّئُكُمْ بِمَا يُثْبِتُ لَكُمْ ذلِكَ؟ اَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ. البزار باسناد جيد
Dari Ibnu Zubair RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Akan menjangkiti kepada kalian penyakit ummat-ummat sebelum kalian. Yaitu kebencian dan kedengkian. Kebencian itu adalah pencukur. Bukan pencukur rambut, tetapi pencukur agama. Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai. Maukah kuberitahukan kepada kalian sesuatu yang bisa memantapkan kalian pada yang demikian itu ? Yaitu tebarkanlah salam diantara kalian”. [HR. Al-Bazzar dengan sanad jayyid]
Kalau kita perhatikan petunjuk-petunjuk di atas, tanda-tanda rusaknya akhlaq bangsa ini sudah nampak jelas, dari kalangan bawah sampai kalangan atas, bahkan para wakil rakyat yang mulia pun sudah menunjukkan rusaknya akhlaq pada mereka.
Disaksikan jutaan mata, baik rakyat Indonesia sendiri, maupun mata dunia, tawuran dalam persidangan dan sesekali terdengar suara seperti urakan (orang-orang yang tidak berpendidikan), sudah tidak ada rasa malu lagi, walaupun sangat memuakkan dan memprihatinkan bagi rakyat bangsa ini yang melihatnya.
Tawuran antar mahasiswa/rakyat dengan aparat penegak hukum (polisi, kejaksaan, dan satpol PP) terjadi dimana-mana. Korupsi yang dilakukan oleh Bupati, Gubernur, Lembaga Tinggi Negara dan mafia peradilan merupakan kejahatan yang kita saksikan lewat layar kaca, sudah menjadi hal yang biasa.
Yang kita saksikan semua itu menunjukkan telah rusaknya akhlaq bangsa ini, dan kalau kita tidak menyadari, kehancuran bangsa ini tinggal tunggu saatnya saja.
Mari kita perhatikan petunjuk Allah dalam QS. Al-Israa’ : 16,
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
yang artinya “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah/para pejabat tinggi negara di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya“.
Oleh karena itu marilah kita bangun akhlaq bangsa ini sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya agar bangsa ini selamat dari kehancuran yang tidak kita inginkan bersama. Semoga Allah menyelamatkan bangsa ini dengan petunjuk-Nya, aamiin.

Salah Kaprah Kaum Adam & Hawa Memaknai Cinta

Berbicara soal cinta, pasti sangat erat kaitannya dengan dua insan turunan Adam dan Hawa yang tengah dihantam oleh perasaan yang menggelora. Tidak heran, para pujangga cinta terjebak dalam kungkungan panah asmara. Sebagian menganggapnya sebagai cinta sejati!. Sebuah Cinta untuk pertama dan terakhir kalinya, hingga sosoknya seolah tak bisa tergantikan oleh siapapun dan sampai kapanpun (katanya). Wewwww, sangat ironis bukan?
Atas nama cinta, tak sedikit para pujangga cinta rela mengorbankan dirinya untuk sang pujaan hati, bahkan sampai yang dilarang agama pun rela dilakukan. Tidak hanya itu, lebih tragis lagi adalah ketika yang dicinta telah pergi, ia bahkan rela bila harus mengakhiri hidup demi sang kekasih.
Yups!, inilah fakta dari salah kaprahnya sebagian kaum Adam dan Hawa dalam memaknai cinta. Istilah ‘Pacaran’ diartikan sebagai proses peleburan dan pembuktian dari makna cinta. Tentu saja, sebelum menapak ke taraf ‘jadian’ (pacaran) diawali dengan sebuah jalan pendekatan. Mulanya mungkin hanya sekedar menebar pesona lewat telepon, sms, chatting, facebook, twitter dan jalur-jalur lain sebagainya. Rupanya, pepatah Jawa “witing tresno jalaran soko kulino” dijadikan kambing hitam untuk menjadikan dua insan turunan Adam dan Hawa itu semakin dihinggapi “virus merah jambu”.
Singkat cerita, cinta itupun diungkapkan dan dibalas suka cita oleh yang bersangkutan. Mereka pun telah ‘jadian’. Berhentikah kemudian? Rasanya, ada yang kurang jika sebuah ungkapan perasaan itu hanya dilabuhkan pada taraf ‘jadian’ saja. Perlu dicatat, syaitan super lihai menghasut manusia. Sudah sejak kali pertama perasaan cinta itu datang, syaitan sudah membelenggu manusia dalam tipu dayanya. Tentu saja, setelah ‘jadian’, syaitan akan kian membisiki manusia untuk melakukan yang lebih menggoda dari itu.
Dan first date pun dijadwalkan di malam Minggu. Dipilihlah tempat sepi di sebuah taman di pinggiran kota. Berhentikah sampai di sini? Jelas, tidak hanya berhenti sampai di sini saja. Duduk berdekatan, tangan pun mulai beraksi. Digenggam erat tangan halus si pujaan hati.
Perlu diketahui, ini hanya untuk kencan pertama, belum kencan kedua, ketiga atau bahkan kesekian kalinya. Bisa dipastikan, syaitan tidak akan mungkin membiarkan mereka melakukan itu-itu saja, melainkan lebih dan lebih….. Inikah makna cinta itu bagi mereka, para pujangga cinta?
Bagaimana Islam Memandangnya?
Mencintai seseorang yang berbeda jenis itulah seyogyanya manusia. Sudah sewajarnya manusia yang berbeda jenis tertarik satu dengan yang lain.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita…” (QS Ali Imran 14)
Dalam QS An-Najm 45 Allah juga menjelaskan,
وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى
“Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.”
Sebaliknya, Allah justru melarang manusia yang tidak merasakan cinta pada seseorang yang lawan jenis dan mengalihkan perasaan cinta itu pada kaum sejenis. Bahkan, dalam QS An-Naml 55 Allah menanyai mereka yang mencintai sejenis,
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).”
Dan Allah pun melaknat mereka sebagaimana dijelaskan pada ayat 58,
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ
“Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu.”
Lalu, apa salahnya bila insan dunia mencintai seseorang yang dicintainya? Umumnya, perasaan cinta ditorehkan dalam sebuah ikatan hubungan yang bertentangan dengan syariat Islam. Menjalin hubungan dalam hal ini pacaran, sebagai tahap penjajagan hubungan sebelum menapak ke gerbang pernikahan.
Jelaslah, pacaran dalam Islam tidak dituntunkan. Dalam Al-Qur’an saja Allah memerintahkan kepada laki-laki dan wanita yang beriman untuk menundukkan pandangannya (lihat QS An-Nuur 30-31). Rasulullah Saw bersabda,
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: اِيَّاكُمْ وَ اْلخَلْوَةَ بِالنّسَاءِ وَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، مَا خَلاَ رَجُلٌ وَ امْرَأَةٌ اِلاَّ دَخَلَ الشَّيْطَانُ بَيْنَهُمَا، وَ لَيَزْحَمُ رَجُلٌ خِنْزِيْرًا مُتَلَطّخًا بِطِيْنٍ اَوْ حَمْأَةٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ اَنْ يَزْحَمَ مَنْكِبُهُ مَنْكِبَ امْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ. الطبرانى فى الكبير
Dari Abu Umamah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Jauhkanlah kalian dari bersepi-sepi dengan wanita. Demi Tuhan yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, melainkan syaithan masuk diantara mereka. Dan sungguh, seorang laki-laki bersentuhan dengan seekor babi yang berlumuran dengan lumpur adalah lebih baik daripada ia bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya“. [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 8, hal. 205, no. 7830, dla'if karena dalam sanadnya ada perawi 'Ali bin Yazid, dan 'Ubaidillah bin Zahr]
Lalu, bagaimana bisa menggenggam tangan si pujaan hati sedang Rasulullah Saw bersabda,
لاَنْ يُطْعَنَ فِى رَأْسِ اَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ اَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ. الطبرانى
Ditikam seorang daripada kamu di kepalanya dengan jarum dari besi itu, adalah lebih baik daripada ia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya. [HSR. Thabrani]
Pacaran, meski belum sampai melakukan zina, adalah merupakan bentuk hubungan yang tidak halal yang bisa mendekatkan pada zina. Sedang Allah melarang para hamba-Nya mendekati zina.
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Israa’ 32)
Mendekati zina saja sudah dilarang, apalagi sampai melakukan zina. Nau’udzubillah min dzalik. Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim dan muslimah dalam hal memaknai cinta?
Memilihnya karena Mencintai-Nya
Tentu saja, Islam sangat menjaga bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim bersikap, termasuk kaitannya dalam hal bagaimana memaknai sebuah ketertarikan dengan lawan jenis. Yang jelas, tidak boleh semena-mena mengungkapkan perasaan ketertarikan itu di luar koridor Islam. Agar orang tak lagi salah kaprah memaknai cinta, penulis hendak membagikan sebuah pemikiran yang Insya Allah akan menyelamatkan kita dari ancaman pergaulan yang menyesatkan, yakni soal bagaimana mengungkapkan perasaan cinta melalui jalan yang dihalalkan oleh-Nya.
Sebelumnya, coba pahami kalimat berikut ini, “Saya memilihnya karena saya mencintai-Nya.” Kata ‘memilih’ dimaksudkan untuk menghindarkan kita dari jebakan salah kaprahnya memaknai cinta, karena sejatinya cinta hanyalah untuk-Nya semata. Kata ini juga dimaksudkan untuk tidak melulu beralasan lantaran ada rasa cinta atau tidak cinta kepada seseorang ketika hendak membina mahligai rumah tangga. Dan dia kita pilih karena kita mencintai-Nya. Karena mencintai-Nya lah kita akan memilih pasangan hidup yang akan mendekatkan kita pada-Nya, bukan malah menjauhkan kita dari-Nya.
Tentu saja, kalimat tersebut diungkapkan dalam suatu wadah yang dibenarkan Islam. Pengungkapannya pun tidak langsung diungkapkan kepada yang bersangkutan, namun harus ada seorang perantara.
Dan ketika kita sudah berada dalam koridor yang dihalalkan, saat itu barulah kita bisa mengungkapkannya langsung kepadanya dalam sebuah kalimat berikut ini, “Saya mencintaimu karena Allah.” Kata ‘cinta’ disini hanya sebatas rasa kasih sayang yang tidak melebihi kadar kecintaan kita kepada-Nya dan ini diungkapkan semata-mata hanya mengharap ridha dari-Nya.
Nah, bukankah pengungkapan cinta yang demikian, itulah cinta yang indah? Cinta diungkapkan melalui jalan yang dihalalkan oleh-Nya, yakni pernikahan. Dan itu kita lakukan tak lain karena kita mencintai-Nya, cinta sebenar-benar cinta.
Lain halnya ketika kita semena-mena mengungkapkan cinta melalui jalan syaitan. Cinta yang awalnya biasa menjadi tidak biasa lagi. Tidak biasa, karena cinta yang dirasa ternyata telah dibumbui oleh nafsu. Begitu dalamnya cinta memasuki relung hati, membuat para pujangga cinta ini kian tak terkendali. Dan mereka pun mendewakan cinta, meninggalkan Sang Pemilik Cinta Yang Hakiki. Pesona syaitan menghipnotis pandangannya hingga mereka berbangga diri lantaran cinta yang dirasa adalah cinta sejati. Ck ck ck…
Sekarang tinggal pilih yang mana, mengungkapkannya dengan jalan yang dihalalkan Allah atau syaitan? Jika mengikuti Allah, maka Insya Allah akan selamat. Namun jika jalan syaitan yang kita ikuti, maka neraka menjadi hunian abadi bagi kita kelak. Naudzubillah…
Pertanyaannya sekarang, bagaimana jika seseorang belum siap melewati gerbang pengungkapan cinta yang dihalalkan ini? Maka jadilah orang yang ‘cerdik’.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: اَتَيْتُ النَّبِيَّ ص عَاشِرَ عَشْرَةٍ فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ، مَنْ اَكْيَسُ النَّاسِ وَ اَحْزَمُ النَّاسِ؟ قَالَ: اَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ، وَ اَكْثَرُهُمْ اِسْتِعْدَادًا لِلْمَوْتِ، اُولئِكَ اْلاَكْيَاسُ ذَهَبُوْا بِشَرَفِ الدُّنْيَا وَ كَرَامَةِ اْلآخِرَةِ. ابن ابى الدنيا فى كتاب الموت و التطبرانى فى الصغير باسناد حسن، و البيهقى فى الزهد، و لفظه: اَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ ص: أَيُّ اْلمُؤْمِنِيْنَ اَفْضَلُ؟ قَالَ: اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ: فَاَيُّ اْلمُؤْمِنِيْن اَكْيَسُ؟ قَالَ: اَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَ اَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اِسْتِعْدَادًا، اُولئِكَ اْلاَكْيَاسُ.
Dari Ibnu ‘Umar RA ia berkata : Saya datang kepada Nabi SAW, kami serombongan sebanyak sepuluh orang. Kemudian ada seorang laki-laki Anshar bertanya, “Wahai Nabiyallah, siapa orang yang paling cerdik dan paling teguh diantara manusia ?”. Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling banyak mengingat mati diantara mereka dan orang yang paling banyak mempersiapkan bekal untuk mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdik, mereka pergi dengan membawa kemulyaan dunia dan kemulyaan akhirat”. [HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-Maut. Thabrani di dalam Ash-Shaghir dengan sanad hasan. Dan Baihaqi juga meriwayatkan di dalam kitabuz-Zuhud, dengan lafadh] : Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Siapa diantara orang-orang mukmin itu yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang paling baik akhlaqnya diantara mereka”. Orang tersebut bertanya lagi, “Siapakah diantara orang-orang mukmin yang paling cerdik ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang paling banyak ingat mati diantara mereka, dan orang yang paling baik persiapannya untuk kehidupan selanjutnya. Mereka itulah orang-orang yang cerdik”.
Bagaimanapun menjaga dari sesuatu yang akan menyebabkan kita terjungkal ke neraka adalah hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai gelora cinta menduakan Dia dengan si dia. Dia-lah tujuan kita hidup di dunia ini. Dia tidak akan pernah pergi meninggalkan kita sampai kapanpun. Sedang dia, apa dia akan selalu ada dalam kehidupan kita?

Jumat, 04 Maret 2011

Peraturan Baris Berbaris


Peraturan Baris Berbaris
Berbaris pertama kali dikenala pada zaman kekaisaran Romawi  pada saat kaisarnya Julius Caesar, dengan maksud agar pasukan yang berada dibawah kekuasaannya mempunyai rasa tanggung jawab, disiplin yang tinggi dengan melihat hasil lahir, yaitu kerapihan, kekompakan, ketertiban dan kesigapan.
Pasukan Julius Caesar sangatlah terkenal pada zamannya (baca sejarah Romawi).
PENGERTIAN
Baris- berbaris adalah suatu wujud latihan fisik guna menanamkan disiplin, patriotisme, tanggung jawab serta membentuk sikap lahir dan bathin yang diarahkan pada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Sikap lahir yang diperoleh :
¨      Ketegaran                        ¨   Keseragaman
¨      Ketangkasan                   ¨   Kesigapan
¨      Kelincahan                      ¨   Keindahan
¨      Kerapihan                        ¨   Ketanggapan
¨      Ketertiban                         ¨   Kewajaran tenaga
¨      Kehidmatan                     ¨   Kesopanan
¨      Kekompakan                   ¨   Ketelitian
Sikap bathin yang diperoleh :
¨     Ketenangan                    ¨   Keberanian
¨       Ketaatan                          ¨   Kekuatan
¨       Keikhlasan                      ¨   Kesadaran
¨       Kesetiakawanan             ¨   Konsentrasi
¨       Kebersamaan                  ¨   Kebiasaan
¨       Persaudaraan                 ¨   Berani berkorban
¨       Keyakinan                       ¨   Persatuan
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud = Sebagai pendidikan/ latihan awal bela negara, sesuai dengan hak dan kewajiban warga negara Indonesia seperti yang terantum dalam UUD 1945.
Tujuan = Menumbuhkan  disiplin,  mempertebal rasa  dan semangat kebangsaan dan patriotisme yang tinggi sehingga tercipta rasa tanggung jawab yang tinggi pula atau menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin dengan senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu seacra tidak langsung menanamkan rasa tanggung jawab.
INGAT !!! Pelatihan Inti PBB
  1. Sikap dan penampilan (Tanggap, Tanggon dan Trengginas)
  2. Hentakan kaki
  3. Patah-patah
  4. Rata-rata air
  5. Irama langkah
  6. Kewajaran tenaga
  7. Konsentrasi
PENGELOMPOKAN PBB
PBB I
SIKAP SEMPURNA
  • Aba-aba : SIAP = GERAK
  • Pandangan lurus kedepan (pandang satu titik), badan tegap.
    • Dagu ditarik kearah dalam. Bahu ditarik kebelakang, dada dibusungkan, tarik  nafas dalam-dalam, lalu lepaskan perlahan-lahan tanpa menurunkan dada, tidak begitu terlihat.
    • Telapak tangan digenggam dan tempelkan dikiri dan dikanan jahitan celana/ rok, ibu jari menghadap kedepan, lipatan tangan menghadap kedalam, tangan rapat pada badan.
    • Tumit dirapatkan, ujung jari kaki dibuka 1 kepal, sudut ± 450, berat badan dbagi atas kedua kaki.
ISTIRAHAT DITEMPAT
  • Aba-aba : ISTIRAHAT – DI – TEMPAT = GERAK
  • Pada  aba-aba  pelaksanaan, kaki  kiri  dipindahkan  kesamping kiri dengan jarak sepanjang telapak kaki (± 30 cm), atau selebar bahu (lurus dan seimbang).
  • Posisi badan dari pinggang keatas sama  dengan sikap sempurna, kecuali tangan.
  • Tangan kanan dikepal, pergelangan dipegang erat oleh tangan kiri, punggung tangan kanan diatas telapak tangan kiri. Simpan tepat di ikat pinggang belakang.
  • Bila  ada  yang  memberi  aba-aba  PERHATIAN  atau mengucapkan SALAM, pasukan sikap sempurna kemudian berteriak SIAP atau MEMBALAS SALAM, kemudian memperhatikan yang berbicara di depan.
  • Bila  yang  berbicara didepan telah  selesai,  dan memberi  aba-aba PERHATIAN SELESAI atau mengucapkan SALAM, pasukan siap sikap sempurna tanpa berteriak SIAP, tapi untuk salam harus MEMBALAS SALAM-nya, kemudian istirahat di tempat kembali.
  • Bila  pasukan masih  dalam  keadaan  sikap  sempurna,  kemudian akan ada amanat yang diberikan oleh PELATIH/ SENIOR/ Pejabat Upacara, maka istirahat dilakukan atas aba-aba : UNTUK – PERHATIAN – ISTIRAHAT-DI-TEMPAT = GERAK.  Gerakannya sama seperti baisanya, hanya saja pandangan langsung melihat ke arah orang yang memberikan amanat.
  • ISTIRAHAT MERDEKA,  inti gerakannya  sama  hanya  lebih santai, hanya saja posisi tangan tidak disimpan diatas ikat pinggang, tetapi boleh lebih kebawah.
HORMAT
  • Aba-aba : HORMAT = GERAK
  • Posisi  badan  dari pinggang  keatas  sama  dengan  sikap sempurna, kecuali tangan kanan.
  • Telapak  tangan kanan  dibuka dan harus rata, bila dilihat dari depan harus terlihat satu garis.
  • Tempelkan jari tangan diujung luar alis kanan (tanpa merubah posisi bahu sikut). Demikian pula bila memakai topi, jari tangan harus menempel ke lidah topi.
  • Prosesnya : Rentangkan tangan kekanan 900 kedepan 150.
  • Aba- aba kembali ke sikap sempurna : TEGAK = GERAK.
BERKUMPUL
  • Memanggil seorang penjuru
Jalu sebagai penjuru
Yang dipanggil mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada  yang memanggil,  selanjutnya mengucapkan : “Siap Jalu sebagai penjuru”.
  • Penjuru  berlari kearah yang  memanggil dan berdiri didepannya kira-kira 4 langkah.
  • Memanggil anggota yang lain dengan aba-aba :
·     BERSHAF KUMPUL = MULAI
·     BERBANJAR KUMPUL = MULAI
·   Hitungan 1 :  mengangkat dua tangan (digenggam), di simpan di ikat pinggang depan.
·    Hitungan 2 : Semuanya berlari dengan langkah pertama, kaki kiri dihentakan sambil berteriak menyebut nama korps-nya (Capas, Paskibra, Pelatih/ PPI).
  • Saat memanggil berkata LURUSKAN pada penjuru, langsung diucapkan kembali dengan suara lantang.
  • Ketika anggota  pasukan berlari menuju samping kiri penjuru dan atau kebelakang penjuru, maka penjuru mengucapkan: “Luruskan !!”
Selanjutnya anggota lainnya (kecuali penjuru) berbaris bershaf atau  berbanjar disamping kiri atau belakang penjuru yang sudah ditentukan.
Secara berturut-turut meluruskan diri dengan mengangkat lengan kanan ke samping kanan, tangan kanan digenggam, punggung tangan menghadap ke atas. Kepala dipalingkan ke kanan hingga dapat melihat dada orang-orang yang disebelah kanannya sampai ke penjuru. Tangan kanan menyentuh bahu kiri dari orang yang disebelah kanannya.
Banjar yang paling kanan mengangkat lengan kanannya ke depan dengan jarak satu lengan ditambah dua kepal.
  • Bila bershaf, penjuru depan paling kanan melihat ke kiri dan setelah barisan terlihat lurus maka penjuru mengucapkannya “LURUS”, pada saat mengucapkannya penjuru melihat ke depan, anggota yang lainnya serentak menurunkan lengan kanan, melihat ke depan, dan kembali ke sikap sempurna.
  • Bila berbanjar yang berteriak LURUS adalah penjuru kanan paling belakang.
BERHIMPUN      
  • Tanpa memanggil seorang penjuru, langsung aba-aba BERHIMPUN = MULAI.
  • Pada aba-aba peringatan, seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap kepada yang memberi aba-aba. Pada aba-aba pelaksanaan sikap badan seluruh anggota seperti pada sikap berkumpul.
  • Pada  waktu datang   di depan yang  memberikan aba-aba, langsung mengambil sikap sempurna kemudian langsungf istirahat ditempat. Tidak ada meluruskan, yang dipanggil otomatis meluruskan sendiri, harus selang sekar.
  • Posisi setengah lingkaran, batasnya lurus dengan bahu kiri dan kanan pemanggil.
  • Setelah aba-aba SELESAI, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
  • Pada saat datang di depan yang memberikan aba-aba dan kembali tidak menyampaikan penghormatan.
BUBAR JALAN
  • Pasukan dalam keadaan sikap sempurna.
  • Aba-aba : BUBAR = JALAN.
  • Yang akan dibubarkan menghormat dan melihat ke arah pemberi aba-aba, kemudian dibalas.
  • Proses selanjutnya :
· Hitungan 1    : Yang dibubarkan tegak.
· Hitungan 2-4 : Proses balik kanan.
· Hitungan 5,6 : Diam sejenak/ sikap sempurna.
· Hitungan 7  : Melangkah kaki kiri sambil dihentakan dan berteriak nama korpsnya.
PERIKSA KERAPIHAN
  • Terbagi atas dua bagian, yaitu periksa kerapihan yang dinamakan Eksersisi dan Driil.
  • Periksa Kerapihan yang Eksersisi.
  • Dilaksanakan dalam istirahat ditempat.
  • Aba-aba : PERIKSA KERAPIHAN = MULAI
Aba-aba peringatan pasukan langsung sikap sempurna.
Aba-aba Pelaksanaan pasukan melakukan gerakan.
  • Gerakannya pada hitungan :
1-1   Badan masih sikap sempurna
2-1   Membungkukkan badan, dengan tangan menyentuh pada tali sepatu sebelah kanan.
Gerakan selanjutnya adalah
Hitungan satu, tangan berpindah dari bagian awal kebagian yang akan diperiksa.
Hitungan kedua, tangan memeriksa bagian yang telah dipegang.
1, 2-2    Memeriksa tali sepatu kaki kanan.
1,2-3     Memeriksa tali sepatu kaki kiri.
1,2-4     Memeriksa kaus kaki kaki kanan.
1,2-5     Memeriksa kaus kaki kaki kiri.
1,2-6     Memeriksa ikat pinggang (tangan digenggam).
1,2-7    Mengangkat badan  kembali tegak, tangan tetap  memegang ikat pinggang bagian depan.
1,2-8    Memeriksa  handuk  belakang/ bagian  belakang baju dengan telapak tangan terbuka.
1,2-9   Memeriksa  plat nama  didada kanan dengan kepala ditengokkan melihat plat nama (dada kanan).
1,2-10  Memeriksa   dada  bagian  kiri,  kepala   ditengokkan melihatnya.
1,2-11   Memeriksa pundak sebelah kanan (epolet).
1,2-12   Memeriksa pundak sebelah kiri (epolet).
1,2-13  Kedua tangan memegang lidah topi bagian samping, kemudian menyusur ke depan.
1,14      Hitungan penutup langsung sikap sempurna.
  • Aba-aba SELESAI pasukan kembali istirahat ditempat.
  • Periksa kerapihan yang Driil
  • Pasukan langsung dalam posisi istirahat ditempat.
Aba-aba peringatan pasukan langsung sikap sempurna
Aba-aba pelaksanaan pasukan melakukan gerakan.
  • Pasukan langsung memeriksa sambil merapihkan bagian-bagian pakaian maupun sepatu.
  • Gerakan dimulai dari bawah (sepatu) dan berakhir diatas kepala (topi/ rambut).
PBB II
LARI MAJU
  • Aba-aba : LARI MAJU = JALAN
·     Aba-aba peringatan, LARI MAJU =  tangan dikepalkan dengan lemas, diangkat dan diletakkan diikat pinggang sebelah depan, punggung tangan menghadap keluar kedua sikut sedikit kebelakang.
·   Aba-aba  pelaksanaan  JALAN,  menghentakan kaki kiri sambil berteriak nama korps-nya, lalu berlari dengan langkah yang bersama-sama, telapak kaki diletakkan dengan ujung telapak kaki terlebih dahul, lengan dilenggang secara tidak kaku.
  • Aba-aba  HENTI = GERAK, pasukan berhenti pada hitungan ketujuh, hitungan keenam kaki berhenti berlari tumit rapat, hitungan ketujuh dua tangan diturunkan.
LENCANG DEPAN
  • Pasukan dalam keadaan berbanjar.
  • Aba-aba : LENCANG DEPAN = GERAK.
  • Penjuru tetap sikap sempurna.
  • Banjar paling kanan meluruskan dengan mengangkat tangannya ke depan (digenggam) kira-kira satu lengan dua kepal dari bahu belakang teman di depannya.
  • Shaf terdepan lencang/ setengah lengan lencang kanan.
  • Yang me-LURUS-kan banjar paling kiri shaf terdepan.
  • Pandangan lurus kedepan, kecuali shaf terdepan menengok kearah penjuru.
  • Aba-aba kembali ke sikap sempurna : TEGAK = GERAK.
SETENGAH LENGAN LENCANG KANAN/ KIRI
  • Pasukan dalam keadaan sikap sempurna, bentuk bershaf.
  • Aba-aba : SETENGAH LENGAN LENCANG KA/ KI = GERAK.
  • Shaf terdepan/ kesatu, tangan kanan/kiri langsung bertolak pinggang dengan sikut menyentuh lengan orang yang berdiri disebelahnya, pergelangan tangan lurus, telapak tangan dibuka, ibu jari disebelah belakan, empat jari lainnya rapat disebelah depan.
  • Bersamaan dengan itu kepala dipalingkan ke kanan/ kiri kecuali penjuru (tetap diam). Shaf dua dan tiga menengokkan kepalanya kearah penjuru (450).
  • Banjar paling kanan/ kiri lencang depan (menggunakan tangan kanan), bila telah lurus teriak LURUS!! oleh orang paling belakang.
  • Pergeseran ke kanan/ kiri bergerak cepat (biasa), diutamakan kecepatannya. Kalau jarak pergeserannya jauh, maka orang tersebut dapat hadap kanan/ kiri terlebih dahulu berjalan, kemudian hadap kanan/ kiri dan melakukan gerakan seperti diatas. (Driil)
  • Dalam variasi pergeseran ke kanan/ kiri bergerak teratur, penjuru diam, orang disampingnya bergeser 2  langkah, seterusnya kelipatan dua. (Eksersisi)
  • Aba-aba kembali ke sikap sempurna : TEGAK = GERAK.
  • Apabila pasukan akan berjalan, maka harus diberikan dulu aba-aba : LENCANG KANAN/ KIRI = GERAK.
LENCANG KANAN/KIRI
  • Pasukan dalam keadaan sikap sempurna, bentuk bershaf.
  • Aba-aba :   LENCANG KANAN/ KIRI = GERAK.
  • Tangan kanan/ kiri digenggam lalu direntangkan dan di tempelkan dibahu rekan disampingnya ibu jari menghadap ke depan, punggung tangan menghadap keatas.
  • Bersamaan dengan itu kepala dipalingkan ke kanan/ kiri kecuali penjuru (tetap diam). Shaf dua dan tiga menengokkan kepalanya kearah penjuru (450).
  • Masing-masing meluruskan diri, jarak tangan bila kurang , diambil dari belakang, tidak ditonjok.
  • Banjar paling kanan/ kiri lencang depan (menggunakan tangan kanan), bila telah lurus teriak LURUS!! oleh orang paling belakang.
  • Pergeseran ke kanan/ kiri bergerak cepat (biasa), diutamakan kecepatannya. (Driil)
  • Dalam variasi pergeseran ke kanan/ kiri bergerak teratur, penjuru diam, orang disampingnya bergeser 2  langkah, seterusnya kelipatan dua. (Eksersisi)
  • Aba-aba kembali ke sikap sempurna : TEGAK = GERAK.
BERHITUNG
  • Pasukan dapat dalam bentuk bershaf atau berbanjar.
  • Aba-aba : HITUNG = MULAI.
    • Ketika aba-aba peringatan HITUNG, bila bershaf, maka shaf terdepan menengokkan kepalanya ke kanan, bila berbanjar, maka pandangan tetap lurus kedepan.
    • Ketika aba-aba pelaksanaan MULAI, penjuru mulai berhitung, bila bershaf berturut-turut tiap pasukan mulai penjuru paling kanan menyebutkan nomornya sambil memalingkan muka kembali kedepan. Bila berbanjar maka mulai dari penjuru kanan depan berturut-turut kebelakang menyebutnya nomornya masing-masing.
  • Bila tidak ada tempat yang kosong, penjuru belakang sebelah kiri berteriak LENGKAP, jika tidak lengkap teriakkan jumlah kekurangannya, misal KURANG DUA.
  • Penyebutan nomor harus diucapkan penuh.
·   Sebelas – bukan satu satu,
  • Dua puluh empat – bukan dua empat.
LEPAS/ KENAKAN TOPI
  • Dilaksanakan dalam posisi pasukan istirahat ditempat.
  • Aba-aba peringatan LEPAS TOPI, pasukan langsung sikap sempurna.
  • Aba-aba pelaksanaan MULA, pasukan melaukan gerakan.
Gerakan selalu dihitungan kedua, kecuali hitungan terakhir (penutup).
  1. Kedua tangan memegang lidah topi,
  2. Topi diangkat sedikit diatas kepala,
  3. Pindahkan topi ke depan dada,
  4. Pindahkanlah topi kesebelah kiri, lidah topi dipegang tangan kiri memegang keatas, posisinya siku-siku, sikut rapat ke pinggang, tangan kanan mengantar.
Hitungan 1 (penutup) langsung sikap sempurna.
  • Aba-aba SELESAI pasukan kembali istirahat ditempat.
  • Aba-aba KENAKAN TOPI, pasukan sikap sempurna.
  • Aba-aba MULAI, pasukan melakukan gerakan.
Gerakan selalu dihitungan kedua, kecuali hitungan terakhir (penutup).
  1. Tangan kanan memegang lidah topi,
  2. Pindahkan topi ke depan dada dengan tangan kanan dan kiri memegang lidah topi.
  3. Topi dibalik.
  4. Topi ditempelkan diatas kepala dengan tangan kanan memegang lidah topi dan tangan kiri memegang bagian belakang topi.
  5. Topi dimasukan ke kepala.
Hitungan 1 (penutup) langsung sikap sempurna.
  • Aba-aba SELESAI pasukan kembali istirahat ditempat.
SIKAP DUDUK SIAP DAN ISTIRAHAT
  • Aba-aba  : DUDUK SIAP=  GERAK
  • Saat duduk dikursi, Badan tegak sikap sempurna, tumit rapat, punggung tidak bersandar, dua tangan digenggam simpan diatas paha, punggung tangan menghadap keatas.
  • Saat duduk di lantai putra SILA, badan tegak, tangan digenggam, lengan bagian bawah menempel pada lutut. Putri dalam posisi EMOK, tangan digenggam simpan diatas paha, badan tegak,
  • Aba-aba : ISTIRAHAT DI TEMPAT = GERAK, badan tidak terlalu tegak (santai).
  • Pasukan dapat mengucapkan TERIMA KASIH, dengan catatan suasana sedang santai, tidak terlalu resmi, ataupun sedang dalam latihan.
  • Sedangkan dalam suasana resmi, seperti upacara, pasukan tidak perlu mengucapkan TERIMA KASIH.
  • Penguapan TERIMA KASIH ini merupakan ciri khas dari Paskibra Kotamadya Bandung yang mempunyai kaidah bergaul SA-TO-TE-MA (Salam, Tolong, Terima Kasih, Maaf).
ATURAN MENGHADAP, KELUAR MASUK BARISAN,  BERTANYA, dan MENJAWAB
  • ATURAN KELUAR BARISAN
  1. Untuk shaf terdepan tidak perlu balik kanan, tetapi langsung menuju ke arah yang memanggil.
  2. Bila bershaf, maka untuk shaf bagian tengah dan belakang, melakukan balik kanan kemudian melalui belakang shaf paling belakang, selanjutnya memilih jalan yang terdekat menuju ke arah yang memanggil.
  3. Bila berbanjar, maka shaf tengah dan belakang, melakukan balik kanan kemudian melakukan balik kanan kemudian memilih belakang shaf sendiri terus memilih jalan yang terdekat menuju  ke arah yang memanggil.
  4. Bagi orang yang berada dibanjar kanan/ kiri tanpa balik kanan langsung menuju ke arah yang memanggil. Untuk kepraktisan dan keindahan dalam baris-berbaris orang yang berada di banjar kanan/ kiri , melakukan gerakan hadap kanan/ kiri terlebih dahulu, langsung berjalan menuju ke arah yang memanggil.
  5. Apabila salah seorang dalam barisan akan meninggalkan barisan, maka terlebih dahulu harus mengambil sikap sempurna dan meminta izin kepada yang di depan dengan cara mengangkat tangan kanannya keatas penuh, tangan dibuka, jari-jari dirapatkan.
Contoh, siswa yang akan meninggalkan barisan mengangkat tangan,
Pelatih bertanya      : Ada apa ?
Siswa Menjawab      : Ke belakang ?
Pelatih memutuskan                : Baik, lima menit kembali
(beri batas waktu sesuai keperluan)
Siswa yang akan meninggalkan barisan mengulangi :            “ Lima menit kembali”, setelah mendapat izin, kemudian dia menuju tempat sesuai keperluannya.
  • ATURAN MASUK BARISAN
  1. Bila keperluan siswa telah selesai, maka siswa tersebut menghadap ±  6 langkah di depan komandan/ orang yang sedang memberikan aba-aba/ materi.
  2. Tanpa menghormat terlebih dahulu, langsung laporan sebagai berikut (misalnya) : “ Lapor, ke belakang selesai, laporan selesai.”
  3. Komandan/ pemberi aba-aba/ materi, memberikan perintah, “ Masuk Barisan”.
  4. Siswa tersebut mengulangi perintah tersebut, kemudian menghormat, balik kanan dan kembali kebarisannya pada kedudukan semula.
Bila   tidak ada   tempat yang kosong dalam  barisan, maka
tunggulah sampai ada aba-aba Lencang kanan/ kiri atau   setengah Lencang kanan/ kiri, kemudian siswa tersebut masuk kebarisan.  
  • ATURAN MENGHADAP dan TAMPIL KEDEPAN
  1. Apabila siswa dipanggil oleh komandan/ pemberi aba-aba sedang dalam barisan. “ Siswa Jalu tampil ke depan.”
  2. Siswa sedang mengucapkan “Siap, Siswa Jalu tampil kedepan”.
  3. Siswa tersebut kemudian keluar barisan sesuai denga tata cara keluar barisan dan menghadap ±  6 langkah di depan oleh komandan/ pemberi aba-aba/ yang memanggil.
  4. Kemudian mengucapkan kata-kata :” siap menghadap”, selanjutnya menunggu perintah.
  5. Setelah mendapatkan perintah, maka siswa tersebut mengulangi perintah tersebut, misal :
Pelatih            : “ terangkan tentang PBB II”.
Siswa              : “ terangkan tentang PBB II.”
Selanjutnya melaksanakan perintah tersebut .
6.     Bila telah selesai, siswa tersebut menghadap ke komandan/ pemberi aba-aba/ yang memanggil dan mengucapkan kata-kata : “Menerangkan PBB II telah dilaksanakan, laporan selesai.
7.     Setelah mendapat perintah “kembali ketempat”, siswa tersebut mengulangi perintah kemudian menghormat, kemudian kembali ketempat semula dalam barisan.
8.     Apabila ada siswa yang berkeinginan tampil kedepan misalnya untuk menerangkan sesuatu, maka siswa tersebut mengacungkan tangannya agar terlihat oleh pelatih/ komandan, dan mengucapkan kata-kata:” Izin tampil kedepan”, setelah dipersilahkan maka siswa tersebut segera tampil ke depan.
Catatan : Siswa ini bukan pangkat/ jabatan, dipakai untuk membedakan nama orang yang dipanggil (misalkan ada senior dan yunior yang kebetulan bernama sama).
  • ATURAN BERTANYA dan MENJAWAB
  1. Bila ada pertanyaan dari siswa, maka anggota tersebut mengangkat tangan kanannya keatas penuh, tangan dibuka, jari-jari dirapatkan.
Contoh, siswa yang bertanya mengangkat tangan,
Pelatih bertanya            : Ada apa  ?
Siswa menjawab            : Izin bertanya !
Pelatih mengucapkan   : Silahkan (apa saja yang pantas)
2.      Bila ada pelatih yang bertanya pada siswanya, maka salah seorang siswanya itu langsung mengangkat tangan kanannya keatas penuh, tangan dibuka, jari-jari dirapatkan, kemudian mengucapkan “ Izin menjawab”.
3.      Jika ada yang bertanya ataupu akan menjawab, dan siswa dalam keadaan istirahat ditempat, maka siswa tersebut harus mengambil sikap sempurna terlebih dahulu.
PBB III
HADAP KANAN/ KIRI
  • Pelaksanaannya dalam posisi sikap sempurna.
  • Aba-aba : HADAP KANAN/ KIRI = GERAK.
  • Prosesnya :
1.     Kaki kiri/ kanan diajukan melintang di depan kaki kanan/ kiri, lekuk kaki kiri/ kanan berada diujung kaki kanan/ kiri, berat badan berpindah ke kaki kanan/kiri.
2.     Tumit kaki kanan/ kiri dengan badan diputar ke kanan kiri 900.
3.     Menutup rapat kaki kiri/ kanan kembali ke sikap sempurna.
HADAP SERONG KANAN/ KIRI
  • Aba- aba : HADAP SERONG KANAN/ KIRI = GERAK.
  • Pelaksanaannya dalam posisi sikap sempurna
  • Prosesnya :
1.     Menggeser kaki kiri/ kanan ke depan sedikit (kedua kaki sejajar).
2.     Memutarkan bahu ke kanan/ kiri 450 dengan tenaga.
3.     Menutup rapat kaki kiri/ kanan kembali sikap sempurna.
BALIK KANAN
  • Aba- aba : BALIK KANAN = GERAK
  • Pelaksanaannya dalam posisi sikap sepurna
  • Prosesnya :
1.     Menggeser kaki kiri kedepan kaki kanan ( seperti huruf T), diajukan melintang (lebih dalam dari pada hadap kanan)
2.     Memutarkan bahu ke belakang 1800 dengan tenaga/ bantingan.
3.     Menutup rapat kaki kiri kembali sikap sempurna.
JALAN DI TEMPAT
  • Aba-aba : JALAN DITEMPAT = GERAK
  • Posisi badan dari pinggang keatas dan tangan sama dengan sikap sempurna. Tangan digenggam, rapat kebadan, lurus, tidak bergoyang, bahu tidak turun naik.
  • Gerakan dimulai dengan kaki kiri, lutut berganti-ganti diangkat sehingga rata-rata air (horizontal), mengangkat kaki bergantian 900, ujung kaki menuju ke bawah.
  • Tempo langkah sesuai dengan tempo langkah biasa.
LARI DITEMPAT
  • Posisi pasukan dalam keadaan sikap sempurna.
  • Aba-aba : LARI DITEMPAT = GERAK.
  • Aba- aba peringatan LARI DITEMPAT sikap badan seperti lari maju.
  • Aba-aba pelaksanaan GERAK, angkat kaki dengan tumit menempel ke pantat bergantian.
  • Aba- aba HENTI = GERAK, pasukan berhenti pada hitungan kelima , hitungan keempat kaki berhenti berlari dan tumir rapat, hitungan kelima dua tangan turun.
PBB IV
LANGKAH KE DEPAN, KANAN, KIRI, BELAKANG
  • Maksimal 4 langkah.
  • Langkah sesuai yang dimainta oleh komando/pemberi aba-aba.
  • Tangan diam tidak dilenggang/ tidak digerakan.
  • LANGKAH KE DEPAN
1.     Aba-aba :….. LANGKAH KE DEPAN = JALAN.
2.     Bergeser ke depan seperti langkah tegap, dihentakan.
3.     Kaki pertama melangkah adalah kaki kiri.
4.     Penutupan kaki wajar (biasa), dalam variasi bisa cepat.
  • LANGKAH KE KANAN/ KIRI
1.     Aba-aba :….. LANGKAH KE KANAN/ KIRI = JALAN.
2.     Bergeser ke kanan/ kiri selebar bahu.
3.     Kaki dibuka = ditutup = dibuka= ditutup dan seterusnya.
4.     Penutupan kaki wajar (biasa), dalam variasi bisa cepat.
  • LANGKAH KE BELAKANG
1.     Aba-aba :….. LANGKAH KE DEPAN = JALAN.
2.     Bergeser ke belakang kaki tidak dicangkul, wajar saja.
3.     Kaki pertama melangkah adalah kaki kiri.
4.     Penutupan kaki wajar (biasa), dalam variasi bisa cepat.
LANGKAH TEGAP, BIASA, MERDEKA, GANTI
  • LANGKAH TEGAP
Dari sikap sempurna,
1.     Aba-aba : LANGKAH TEGAP MAJU = JALAN
2.     Berjalan dengan menghentakan kaki kiri, telapak kaki lurus dengan tanah, lutut lurus, kaki tidak boleh diangkat tinggi. Saat kaki sampai ditanah, ayunan tangan sejajar bahu/ rata-rata air.
3.     Tangan digenggam, diayun ke depan sebatas bahu atau   ±  900 dan kebelakang 300, diberi tenaga, ibi jari menghadap keatas, punggung tangan menghadap ke samping luar.
Dari langkah biasa,
1.     Aba-aba : LANGKAH TEGAP = JALAN.
2.     Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kiri jatuh ditanah.
3.     Kemudian ditambah satu langkah.
4.     Langkah selanjutnya mulai berjalan tegap .
5.     Aba-aba kembali ke langkah biasa : LANGKAH BIASA = JALAN, diberikan pada waktu kaki kanan/ kiri jatuh  ke tanah, ditambah satu, kemudian berjalan dengan langkah biasa, langkah pertama dihentakkan.
Catatan : Langkah tegap ini dipergunakan untuk pasukan pada waktu hendak menyatakan rasa hormat terhadap seseorang atau suatu tempat yang wajib dihormati.
  • LANGKAH BIASA
·    Dari diam ke jalan
1.     Aba-aba : MAJU = JALAN
2.     Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan kedepan, lutut lurus, telapak kaki diangkat rata sejajar dengan tanah setinggi ±   20 cm, dihentakkan, lenggangan lengan kanan 900 dan lengan kiri 300.
3.     Selanjutnya berjalan biasa tanpa suara, tangan masih digenggam diberi tenaga. Lenggangan lengan ke depan 450, ke belakang 300, punggung ibu jari menghadap keatas, punggung lengan ke luar.
4.     Melenggangkan tangan jangan kaku.
  • Dari jalan ke jalan
1.     Aba-aba : LANGKAH BIASA = JALAN.
2.     Cara melangkah kaki pertama tumit diletakkan ditanah selanjutnya seluruh kaki.
3.     Maksudnya pergantian dari langkah tegap/ langkah merdeka ke tangan biasa, aturan lainnya sama.
  • · LANGKAH MERDEKA
1.     Aba-aba : LANGKAH MERDEKA = JALAN.
2.     Berjalan seperti biasa, tidak diwajibkan langkahnya sama, (tetapi ingat akan keindahannya), asalkan masih tetap dalam barisan.
3.     Pasukan boleh berbicara/ ngobrol.
  • LANGKAH PERLAHAN
Dari sikap sempurna
1.     Aba-aba : LANGKAH PERLAHAN MAJU = JALAN.
2.     Kaki kiri dilangkahkan ke depan, setelah kaki kiri menapak ke tanah segera disusul dengan kaki kanan ditarik ke depan, dan ditahan sebentar disebelah mata kaki kiri, kemudian dilanjutkan ditapakkan di depan kaki kiri.
3.     Gerakan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.
Dari berjalan
1.     Aba-aba : LANGKAH PERLAHAN = JALAN
Diberikan pada waktu kaki kanan/ kiri jatuh ditanah kemudian ditambah satu langkah, gerkan selanjutnya melakukan gerakan-gerakan seperti semula.
2.     Tapak kaki tidak dihentakan ke tanah (agar lebih khidmat).
Berhenti dari langlah perlahan
1.     Aba-aba : HENTI = GERAK.
2.     Diberikan pada waktu kaki kanan/ kiri jatuh di tanah lalu ditambahkan satu langkah. Selanjutnya kaki kanan/ kiri menurut irama langkah biasa/ dengan tempo yang sama langkah biasa.
3.     Kemudian mengambil sikap sempurna.
  • · GANTI LANGKAH
1.     Aba-aba : GANTI LANGKAH = JALAN.
2.     Gerakan dapat dilakukan pada langkah tegap/ biasa.
3.     Aba-aba pelaksanaan diberikan pada waktu kaki kanan/ kiri jatuh ditanah lalu ditambahkan satu langkah.
4.     Sesudah itu ujung kaki kanan/ kiri yang sedang dibelakang dirapatkan kepada tumit kaki sebelahnya. Bersamaan dengan itu lenggang tangan dihentikan tanpa dirapatkan kebadan.
5.     Selanjutnya sesuaikan dengan langkah baru yang disamakan.
6.     Bila satu orang yang  melakukan  kesalahan.
Maksudnya mengganti langkah bila ada salah satu anggota pasukan yang melakukan kesalahan, dengan cara  (bagi yang melakukan kesalahan itu) melakukan  dua kali gerakan yang terakhir untuk menyamakan langkah kaki.
7.     Bila ayunan tangan yang salah maka caranya diam dulu sebentar tanpa dirapatkan kebadan., kemudian lihat/ lirik dan betulkan.
HORMAT KANAN
  • Aba-aba : HORMAT KANAN = GERAK.
  • Pasukan dalam keadaan langkah tegap dan berbanjar.
  • Aba-aba GERAK-nya jatuh pada kaki kanan.
Saat langkah kaki kiri setelah GERAK tadi, langsung tangan kanan diangkat melakukan hormat.
Pada langkah berikutnya (kaki kanan jatuh ditanah) kepala dipalingkan dan pandangan mata diarahkan kepada yang diberi hormat 450, hingga aba-aba “TEGAK GERAK” bagi banjar paling kanan hormat lurus kedepan.
  • Aba-aba TEGAK = GERAK, jatuh pada waktu kaki kanan menapak ke tanah.
Saat langkah kiri setelah GERAK tadi, kepala dan pandangan mata tadi yang menengok ke kanan (banjar kedua dan ketiga) langsung ditengokkan kembali hingga pandangan mata dan kepala lurus ke depan.
Langkah berikutnya (kaki kanan jatuh ke kanan) tangan langsung dilenggang ke belakang, tangan kiri dilenggang ke depan (langsung langkah tegap).
PBB V
KOMBINASI JALAN DITEMPAT
  • DARI DIAM KE JALAN DITEMPAT
    • Hadap kanan/ kiri
Aba-aba  : HADAP KA/ KI JALAN DITEMPAT = GERAK.
Hitungan 1-2  Proses hadap kanan/ kiri biasa
Hitungan 3     Langsung diangkat melakukan jalan ditempat
  • Hadap serong kanan/ kiri
Aba-aba :  HADAP SERONG KANAN/ KIRI JALAN DITEMPAT  =  GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi hadap serong kanan/ kiri
  • Balik kanan
Aba-aba : BALIK KANAN JALAN DITEMPAT = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi balik kanan.
  • DARI JALAN DITEMPAT KE DIAM
    • Hadap kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP KANAN/ KIRI = GERAK.
Hitungan 1        Kaki  masih  diangkat (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-4        Prosesnya hadap kanan/ kiri biasa.
Bila GERAK-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-aba, tambah jalan ditempat dan hitungan satu kali.
  • Hadap serong kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP SERONG KA/KI HENTI = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi hadap serong ka/ ki.
  • Balik kanan
Aba-aba : BALIK KANAN HENTI = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi balik kanan.
  • SAAT JALAN DITEMPAT
    • Hadap kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP KA/ KI = GERAK
Hitungan 1         Kaki  masih   diangkat  (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-3       Proses hadap kanan/ kiri biasa.
Hitungan 4          Kaki langsung diangkat.
Bila GERAK-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-   aba, tambah jalan ditempat dan hitungannya satu kali.
  • Hadap serong kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP SERONG KA/ KI = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi hadap serong ka/ki.
  • Balik kanan
Aba-aba : BALIK KANAN = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi balik kanan.
  • DARI JALAN DITEMPAT KE BERJALAN
    • Hadap kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP KANAN/ KIRI MAJU = JALAN.
Hitungan 1         Kaki  masih   diangkat  (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-3       Proses hadap kanan/ kiri biasa.
Hitungan 4   Kaki langsung  dilangkahkan, tangan dilenggang.
Bila GERAK-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-   aba, tambah jalan ditempat dan hitungannya satu kali.
  • Hadap serong kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP SERONG KA/ KI MAJU = JALAN.
Prosesnya seperti diatas tetapi hadap serong ka/ki.
  • Balik kanan
Aba-aba : BALIK KANAN MAJU = JALAN.
Prosesnya seperti diatas tetapi balik kanan.
  • DARI JALAN KE JALAN DITEMPAT
    • Hadap kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP KA/ KI  JALAN DITEMPAT = GERAK.
Hitungan 1         Kaki  masih   diangkat  (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-3       Proses hadap kanan/ kiri biasa.
Hitungan 4   Kaki langsung  dilangkahkan, tangan dilenggang.
Bila GERAK-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-   aba, tambah jalan ditempat dan hitungannya satu kali.
  • Hadap serong kanan/ kiri
Aba-aba : HADAP SERONG KA/ KI JALAN DITEMPAT = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi hadap serong ka/ki.
  • Balik kanan
Aba-aba : BALIK KANAN JALAN DITEMPAT = GERAK.
Prosesnya seperti diatas tetapi balik kanan.
KOMBINASI HADAP KANAN/ KIRI
  • DIAM KE JALAN
Aba-aba : HADAP   KA/ KI MAJU = JALAN.
Hitungan 1-2              Prosesnya hadap serong kanan/ kiri biasa
Hitungan 3        Kaki  langsung  dilangkahkan,  tangan dilenggang.
  • JALAN KE JALAN
    • Aba-aba : HADAP  KA/ KI MAJU = JALAN.
Hitungan 1          Kaki masih melangkah (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-3        Proses hadap   kanan/ kiri biasa.
Hitungan 4          Kaki langsung dilangkahkan kembali.
Bila JALAN-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-aba, tambah langkah kaki dan hitungan satu kali.
KOMBINASI HADAP SERONG KANAN/ KIRI
  • DIAM KE JALAN
Aba-aba : HADAP SERONG KA/ KI MAJU = JALAN.
Hitungan 1-2              Prosesnya hadap serong kanan/ kiri biasa
Hitungan 3        Kaki  langsung  dilangkahkan,  tangan dilenggang.
  • JALAN KE JALAN
    • Aba-aba : HADAP SERONG KA/ KI MAJU = JALAN.
Hitungan 1          Kaki masih melangkah (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-3        Proses hadap serong kanan/ kiri biasa.
Hitungan 4          Kaki langsung dilangkahkan kembali.
Bila JALAN-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-aba, tambah langkah kaki dan hitungan satu kali.
KOMBINASI  BALIK KANAN
  • DIAM KE JALAN
Aba-aba : BALIK KANAN MAJU = JALAN.
Hitungan 1-2              Prosesnya balik kanan biasa
Hitungan 3        Kaki  langsung  dilangkahkan,  tangan dilenggang.
  • JALAN KE JALAN
    • Aba-aba : BALIK KANAN MAJU = JALAN.
Hitungan 1          Kaki masih melangkah (hitungan setelah aba-aba).
Hitungan 2-3        Proses balik kanan biasa.
Hitungan 4          Kaki langsung dilangkahkan kembali.
Bila JALAN-nya jatuh pada kaki yang sama dengan aba-aba, tambah langkah kaki dan hitungan satu kali.
PBB VI
BELOK KANAN/ KIRI
  • Pasukan dalam keadaan berbanjar.
  • Dari diam ke jalan
    • Aba-aba : BELOK KANAN/ KIRI MAJU = JALAN.
    • Aba-aba JALAN si penjuru langsung jalan ditempat sambil mengarah  ke kanan/ kiri secara perlahan.
    • Rekan dibelakangnya (banjar paling dalam/ banjar kesatu) jalan ditempat sambil merapat ke depan.
    • Hitungan setelah aba-aba
Hitungan 1-6        Jalan ditempat
Hitungan 7          Melangkah kaki kiri
Shaf berikutnya ditambah dua dari rekan didepannya.
  • Banjar kedua melangkahkan kaki biasa.
  • Banjar paling luar (Banjar ketiga) melangkahkan kaki biasa dengan langkah kaki yang diperlebar
  • Pergerakan belok kanan/ kiri ini seperti daun pintu.
  • Dari jalan ke jalan
    • Aba-aba : BELOK KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada saat kaki kanan/ kiri jatuh ditanah, setelah ditambah satu langkah, penjuru mulai jalan ditempat dan berputar 900 ke kanan/ kiri.
    • Bila aba-aba jatuh di kaki kiri, maka hitungan 6, bila jatuh di kaki kanan hitungan 7, dengan cara langsung jalan ditempat, bukan ditambah satu langkah.
  • Shaf dan banjar harus tetap lurus, dengan cara melirik ke kanan/ kiri.
DUA KALI BELOK KANAN/ KIRI
  • Pasukan dalam keadaan berbanjar.
  • Posisi/ pergerakan pasukan seperti ketika melakukan belok kanan, hanya saja pasukan melakukannya dua kali
  • Dari diam ke jalan
    • Aba-aba :  DUA KALI BELOK KANAN MAJU = JALAN.
    • Hitungan setelah aba-aba (Khusus untuk banjar penjuru)
Hitungan 1-6        Jalan ditempat
Hitungan 7          Melangkah kaki satu kali
Hitungan 8-12      Jalan ditempat
Hitungan 13                        Melangkah kaki langsung maju
Shaf berikutnya ditambah dua dari rekan didepannya.
  • Banjar kedua melangkahkan mengikuti arus banjar kesatu, bergerak setengah lingkaran dengan langkah biasa.
  • Banjar paling ketiga sama dengan langkah yang diperlebar.
  • Dari jalan ke jalan
    • Aba-aba : DUA KALI BELOK KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Hitungan seperti diatas dikurangi Saturday
    • Bila aba-aba jatuh di kaki kanan, maka hitungannya seperti pergerakan dari diam ke jalan.
  • Banjar kedua dan ketiga sama dengan diatas.
PBB VII
BUKA/ TUTUP BARISAN
  • Terbagi atas dua, PBB Baku dan Variasi.
  • Dalam PBB Baku, Buka/ Tutup barisan, pasukan datang dalam keadaan tidak berjalan, diam, dengan bentuk pasukan berbanjar.
Aba-aba :BUKA BARISAN = JALAN.
  • Ketika ada aba-aba diatas, maka banjar kesatu dan ketiga bergeser satu langkah ke kanan/ kiri, sedangkan banjar kedua (yang tengah diam).
  • Aba-aba TUTUP BARISAN = JALAN, maka banjar kesatu dan banjar ketiga bergeser untuk menutup, banjar tengah diam.
  • Dalam PBB Variasi, Buka/ Tutup barisan pergerakan pasukan dalam keadaan berjalan, yaitu:
    • Dari diam ke jalan, aba-abanya BUKA BARISAN MAJU = JALAN.
    • Dari jalan ke jalan, aba-abanya BUKA BARISAN = JALAN.
    • Ketentuan pergeseran (membuka/ menutup) sama seperti diatas.
TIAP-TIAP BANJAR 2 KALI BELOK KANAN
  • Pasukan dalam keadaan langkah biasa, melakukan pergerakan berputar setengah lingkaran.
  • Diam ke jalan
    • Aba-aba :  TIAP-TIAP BANJAR 2 KALI BELOK KANAN MAJU = JALAN.
    • Hitungan setelah aba-aba
Hitungan 1-8        Jalan ditempat.
Hitungan 9          Melangkahkan kaki langsung maju
Shaf berikutnya ditambah dua dari rekan didepannya.
  • Jalan ke jalan
    • Aba-aba  : TIAP-TIAP BANJAR 2 KALI BELOK KANAN = JALAN
    • Hitungan seperti diatas kurangi satu.
    • Bila aba-aba jatu di kaki kanan, maka hitungannya seperti pergerakan dari diam ke jalan.
PBB VIII
HALUAN KANAN/ KIRI
  • Pasukan dalam keadaan bershaf.
  • Fungsi Haluan adalah merubah arah pasukan tanpa merubah keadaan pasukan.
  • Penjuru sebagai patokan/ poros.
  • Pasukan maju sambil jalan ditempat secara perlahan-lahan menempuh arah 900 ke kanan/ kiri lengan tidak dilenggang.
  • Haluan kanan penjurunya adalah banjar paling kanan shaf terdepan Haluan kiri penjurunya adalah banjar paling kiri shaf terdepan.
  • Pergerakan pasukan harus lurus seperti daun pintu dengan cara melirik barisannya (kepala tetap lurus kedepan).
  • Penjuru bebas untuk menengok kiri/ kanan, bila pergerakannya sudah selesai dan barisan sudah lurus, maka dia berteriak LURUS !!
  • Perputaran pasukan semakin jauh bila makin menjauhi penjuru.
  • Diam ke diam
    • Aba-aba : HALUAN KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Bila penjuru telah memberi isyarat LURUS ! Maka komandan harus memberikan aba-aba HENTI = GERAK, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/ kanan jatuh ditanah.
    • Setelah ditambah satu langkah kemudian seluruh pasukan berhenti.
  • Diam ke jalan
    • Aba-aba : HALUAN KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Bila penjuru telah memberi isyarat LURUS ! Maka komandan harus memberikan aba-aba MAJU = JALAN, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/ kanan jatuh ditanah, pasukan langsung maju langkah biasa.
  • Jalan ke jalan
    • Aba-aba : HALUAN KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kanan/ kiri jatuh ditanah, kemudian ditambah satu langkah, selanjutnya barisan melakukan gerakan haluan.
    • Bila penjuru telah memberi isyarat LURUS ! Maka komandan harus memberikan aba-aba  MAJU = JALAN, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/ kanan jatuh ditanah, pasukan langsung maju langkah biasa.
  • Jalan ke diam
    • Aba-aba : HALUAN KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kanan/ kiri jatuh ditanah, kemudian ditambah satu langkah, selanjutnya barisan melakukan gerakan haluan.
    • Bila penjuru telah memberi isyarat LURUS ! Maka komandan harus memberikan aba-aba HENTI = GERAK, yang diucapkan pada waktu kaki kiri/ kanan jatuh ditanah.
    • Setelah ditambah satu langkah kemudian seluruh pasukan berhenti.
MELINTANG KANAN/ KIRI
  • Pasukan dalam keadaan berbanjar.
  • Fungsi melintang adalah merubah bentuk pasukan (dari banjar jadi shaf) tanpa merubah arah pasukan.
  • Melintang itu dibagi menjadi dua wilayah dunia, wilayah kiri dan wilayah kanan.
    • Melintang kanan artinya melakukan gerakan PBB di daerah sebelah kanan kita, jadi teknis gerakannya adalah melakukan hadap kanan terlebih dahulu lalu haluan kiri.
    • Melintang kiri artinya melakukan gerakan PBB di daerah sebelah kiri kita, jadi teknis gerakannya adalah melakukan hadap kiri diteruskan haluan kanan.
  • Aba-aba yang dipakai :
    • Diam ke diam : MELINTANG KANAN/ KIRI = JALAN.
    • Diam ke jalan : MELINTANG KANAN/ KIRI MAJU = JALAN.
    • Jalan ke jalan : MELINTANG KANAN/ KIRI MAJU = JALAN.
    • Jalan ke diam : MELINTANG KANAN/ KIRI = JALAN.
  • Untuk aturan berhenti ataupun maju setelah penjuru memberikan isyarat lurus sama dengan aturan pada haluan.
PBB IX
ABA-ABA
  • Adalah suatu perintah yang diberikan oleh seseorang pemimpin kepada yang dipimpin untuk dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut.
  • Kaidah aba-aba
1.     Harus dilafalkan dengan JELAS.
2.     Harus diucapkan dengan TEGAS.
3.     Harus diucapkan dengan KERAS.
4.     Ucapannya harus BERIRAMA (tidak seenaknya)
5.     Ucapannya harus BERJEDA (ada antara, jarak).
  • Jenis aba-aba
    • Aba-aba petunjuk
Digunakan hanya jika perlu , untuk menegaskan maksud daripada aba-aba peringatan/ pelaksanaan.
Contoh : Kepada Pembina Upacara-HORMAT = GERAK
Untuk perhatian-ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK
Peleton 7 SIAP = GERAK
  • Aba-aba PERINGATAN
Inti peringatan yang cukup jelas, untuk dilaksanakan tanpa ragu-ragu.
Contoh   : LENCANG KANAN = GERAK
DUDUK SIAP = GERAK
ISTIRAHAT DITEMPAT = GERAK
  • Aba-aba PELAKSANAAN
Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba peringatan.
  • GERAK = Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan tanpa meninggalkan tempat dan gerakan-gerakan yang memakai anggota tubuh lain.
Contoh : JALAN DITEMPAT = GERAK
SIAP =  GERAK HORMAT KANAN = GERAK
  • JALAN = Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Contoh : DUA LANGKAH KEDEPAN = JALAN
HALUAN KANAN/ KIRI  = JALAN
(Apabila dibatasi jaraknya, maka tidak pakai kata maju)
MAJU = JALAN
HALUAN KANAN/ KIRI MAJU = JALAN
(Apabila tidak dibatasi jaraknya, maka pakai kata maju)
  • MULAI = Untuk dipakai pada pelaksanaan perintah yang harus dikerjakan berturut-turut.
Contoh : HITUNG = MULAI
BERSHAF KUMPUL = MULAI
  • Yang harus diperhatikan dalam memberi aba-aba
    • Waktu memberi aba-aba pemberi aba-aba harus berdiri dalam sikap sempurna dan menghadap pasukan, kecuali dalam keadaan yang tidak mengizinkan untuk melakukan itu.
    • Apabila aba-aba itu berlaku juga bagi si pemberi aba-aba, maka pemberi aba-aba terikat pada tempat yang telah ditentukan dan tidak menghadap pasukan.
Contoh : Kepada Pembina Upacara- HORMAT = GERAK. Pemberi aba-aba bersama-sama dengan pasukan melakukan gerakan menghormat. Aba-aba TEGAK = GERAK diberikan si komandan dalam keadaan sedang memberi hormat.
  • Untuk aba-aba perubahan langkah dalam keadaam berjalan, tidak perlu menggunakan kata MAJU.
Contoh : LANGKAH TEGAP/ BIASA = JALAN.
  • Untuk beberapa aba-aba perubahan arah dalam keadaan berjalan memakai kata MAJU, karena ada aba-aba HENTI, demikian pula sebaliknya tidak memakai kata MAJU, karena tidak ada aba-aba HENTI.
Contoh : BALIK KANAN MAJU = JALAN
HADAP KANAN/ KIRI MAJU = JALAN
BELOK KANAN/ KIRI = JALAN
  • Aba-aba yang menunjukan arah harus memakai kata penghubung “ KE”
Contoh : 4 LANGKAH KE KA/ KI/ DEPAN/ BELAKANG.
  • Apabila pada suatu bagian aba-aba diperlukan pembetulan maka dilakukan perintah ULANGI.
Contoh : LENCANG KANAN – ULANGI—SIAP = GERAK
  • Pemberian aba-aba petunjuk yang dirangkaikan dengan aba-aba peringatan dan pelaksanaan, pengucapannya tidak diberi nada.
  • Pemberian aba-aba peringatan wajib diberi nada pada suku kata pertama dan terakhir. Nada suku kata terakhir diucapkan lebih panjang menurut besar kecilnya pasukan.
  • Aba-aba pelaksanaan senantiasa diucapkan dengan cara yang “dihentakkan”.
  • waktu antara aba-aba peringatan dan aba-aba  pelaksanaan diperpanjang sesuai dengan besar kecilnya pasukan dan atau tingkatan pasukan (konsentrasi perhatian).
  • Dilarang memberikan keterangan-keterangan lain disela-sela aba-aba pelaksanaa.
PBB X
IRAMA LANGKAH
  • Aba-aba :IRAMA LANGKAH … = GERAK
  • Pasukan dapat dalam keadaan berjalan atau berhenti
  • Bila dalam keadaan berjalan, kemudian aba-aba diatas maka pasukan langsung berhenti sambil bertolak pinggang.
  • IRAMA LANGKAH 1
1.     Menggeser kaki kanan ke depan dengan tumit menempel pada tanah.
2.     Selanjutnya ke belakang dengan ujung sepatu menempel ke tanah.
3.     Selanjutnya menggeser ke kanan.
4.     Menyilangkan diatas kaki  kiri, posisi badan masih lurus ke depan.
5.     Berputar/ balik kiri, dengan bantingan tenaga seperti balik kanan.
6.     Tangan turun bersamaan dengan menutupnya kaki.
7.     Melangkah yang diawali dengan kaki kiri.
  • IRAMA LANGKAH 2
1-3   Sama dengan irama langkah 1
4     Menyilangkan kaki kanan diatas kaki kiri sambil meloncat ditempat, posisi badan masih lurus kedepan.
5-7   Sama dengan irama langkah 1
  • · IRAMA LANGKAH 3
1-5    Sama dengan irama langkah 1
6      Berputar/ balik kiri sambil meloncat ditempat.
6-7    Sama dengan irama langkah 1
  • · IRAMA LANGKAH 4
1-3    Sama dengan irama langkah 1
4      Berputar/ balik kiri sambil menunduk/ merengkuhkan badan.
5-6    Sama dengan irama langkah 1
  • · IRAMA LANGKAH 5
1-3    Sama dengan irama langkah 1
4       Menyilangkan kaki kanan diatas kaki kiri.
5        Melempar kaki kiri ke arah kiri  (tidak menempel ke tanah)
6        Menyilangkan kaki kiri diatas kaki kanan.
7        Melempar kaki kiri ke arah kiri (tidak menempel ke tanah)
8        Merapatkan kaki kanan ke kaki kiri, kaki kiri langsung dilempar ke arah kiri.
9        Kaki kiri merapat ke kaki kanan.
10      Tangan turun
11      Melangkah kaki kiri